Selasa, 09 Juni 2015










MISTERI KAMAR 313
            Losmen tua, yang sudah dibangun sejak masa kependudukan Belanda, bangunan berlantai tiga itu bercat putih kumal, beratap genting lapuk, di sisi kanan kirinya plafon-plafon sudah ada yang rusak, di sekitar halamannya sudah ditumbuhi ilalang. Di sanalah Olin tinggal bersama Bibinya, saat duduk di kelas lima Sekolah Dasar orang tua Olin mengalami kecelakaan di lantai tiga kamar losmen tepatnya di kamar 313. Saat itu Ayah dan Ibu Olin sedang bertengkar hebat dan tak sengaja Ayah Olin menjatuhkan Istrinya jatuh ke bawah melihat Istrinya bersimbah darah Ayah Olin frustasi dan saat itu juga ia bunuh diri.
            Banyak orang yang bilang kamar 313 menjadi angker karena kejadian yang menimpa Orang Tua Olin. Namun Olin tidak mengindahkan dan selama ia tinggal di Losmen bersama Bibinya tidak pernah ada hal-hal yang menakutkan.
            Malam itu, ketika Olin sedang bersiap menutup losmennya dan Bibinya sedang menutup pintu bagian samping, datang sepasang Suami Istri yang mencari penginapan. ”Permisi mbak.” Ucap sang Istri.
            ”Ya Bu, Bisa dibantu?”
            ”Apa di sini ada kamar kosong?”  Matanya mengerjap-ngerjap menahan kantuk.
            ”Ada, tinggal satu kamar yang kosong. Kamar 313.”
            ”Syukurlah, akhirnya kami dapat penginapan.” Ujarnya seraya menyunggingkan senyum lega kepada Suaminya.
            ”Mari Pak, Bu saya antar ke kamar.” Olin membantu mereka membawa tas mereka.
            Olin membuka kamar yang masih tertata rapi, karena Olin atau Bibinya secara bergantian selalu membersihkannya, ”Di sini kamar mandinya.” Olin membuka kamar mandi yang tidak terlalu bagus namun bersih. ”Sewa di losmen ini murah hanya Rp 200.000,- perhari. Kalau Ibu Chek In pukul 23.00, naaah Ibu dan Bapak juga bisa Chek Out pukul 23,00 lagi.” Ujarnya sambil tersenyum. Olin membiasakan dirinya untuk menjelaskan sebelum ditanya oleh pelanggan.
”Aiihhh si Mba, masa kita keluar dari sini tengah malam juga.” Canda Suaminya sambil tertawa kecil.
”Hmmm hmmm hmmm, baiklah selamat istirahat.” Olin melempar senyum ke arah pasangan Suami Istri tersebut.
Sepeninggal Olin, Mira si Istri langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan bergantian dengan Suaminya Imran. Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk, Mira segera membukanya. Seorang wanita paruh baya berdiri di depan pintu dengan piyama putih. ”Kenalkan, nama saya Farida.” Ucapnya.
Mira tersenyum, ”Nama saya Mira. Ada apa ya bu.”
”Kenapa anda mau diberi kamar ini?” Wajahnya berubah sinis.
”Memang ada apa dengan kamar ini?” Tanya Mira kebingungan.
”Hati-hati kamar ini angker.” Wajag sinisnya berubah menjadi kemarahan yang ditahan. Pipinya memerah. ”Orang tua gadis yang tadi mengantar anda, meninggal di kamar ini. Dan kamar ini menjadi angker.
Mira merinding mendengarnya, berusaha tidak mengingat kata-kata Ibu Farida kepadanya.
”Kenapa wajahmu pucat, Mira?” Imran suaminya menanyakan kegundahan Istrinya. Dan Mira langsung menceritakan obrolannya dengan Ibu Farida. ”Jangan didengar, kita akan buktikan di kamar ini tidak angker.” Imran tersenyum pada Istrinya sambil memeluknya mesra.
***
            ”Pagi… Bu Mira.” Sapa Bibi Ana. Bi Ana bertugas membersihkan halaman hari ini. Sedangkan Olin bertugas untuk membersihkan sisi dalam losmen.
            ”Pagi.” Mira tersenyum simpul lalu mendekati Bi Ana. ”Ada yang ingin saya tanyakan.”
            ”Silahkan.” Menghentikan kegiatan menyapunya.
            ”Sebenarnya saya tidak enak untuk menanyakannya.” Mira gugup karena ragu, takut Bi Ana tersinggung dengan pertanyaannya.
            ”Jangan sungkan, tanyakan saja.”
            ”Semalam ada yang datang ke kamar saya dan mengatakan kalau kamar yang saya tempati angker. Sebenarnya saya tidak menghiraukannya namun wanita itu sepertinya sangat serius, dan anehnya suasana di kamar jadi mencekam.” Mira mengisahkan kejadiannyaTaa
            ”Siapa namanya?” Bibi Ana bertanya.
            ”Ibu Farida.” Jawab Mira.
            ”Siapa namanya Bu Mira.” Tiba-tiba saja Olin datang dan mengulang pertanyaan Mira dengan maksud menyelidik karena hal ini untuk kenyamanan tamunya. ”Maaf, saya menguping pembicaraan. Tapi saya perlu tahu sebagai pengelola losmen ini.”
            ”Ibu Farida.” Ulang Mira.
            Olin berfikir sejenak mengingat-ingat tamu yang bernama Farida. Tanpa bertanya dia menggamit lengan Mira dan mengajaknya ke dalam losmen. Olin menarik buku catatan tamu mulai tiga hari yang lalu. Jari telunjuknya dengan cepat menuruni lembaran kertas matanya menyapu seluruh catatan namun dia tidak menemukan nama ”Farida” di sana.
            ”Tidak ada tamu yang bernama Farida, Bu Mira.”
            ”Tapi dia benar-benar datang ke kamar saya.” Sahutnya meyakinkan Olin dan Bi Ana.
            ”Bi Ana, apa ada orang di sekitar sini yang bernama Ibu Farida?” Tanya Olin berusaha mencari kebenaran.
            ”Dulu ada, rumahnya tepat di belakang losmen ini. Kau tahu Olin rumah yang sekarang didiami oleh Mba Tami, dia seorang dosen.”
            ”Oh ya Mba Tami.” Olin mengangguk mengiyakan.
            ”Pemilik rumah sebelumnya adalah Ibu Farida, tapi dia sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Kemudian rumahnya dijual oleh pewarisnya.” Jelas Bi Ana.
            Matahari sudah menanjak ke singgasana, sinarnya menerangi setiap sudut semak yang di sekitar losmen. Mira dan Imran sudah selesai melakukan Chek Out dan mereka beranjak pergi. Mereka berjalan menyusuri ilalang di halaman losmen, tanpa mereka sadari Ibu Farida berdiri di sudut pintu gerbang melemparkan senyum pada mereka, namun Imran dan Mira tak melihatnya.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar